PARADIGMA KTSP dan TANTANGANNYA

Menurut Undang-Undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari uraian ini tergambar kompetensi yang perlu dicapai oleh peserta didik dalam satu proses pendidikan. Secara umum ada tiga ciri kompetensi yang diamanahkan oleh undang-undang, yaitu menanamkan upaya memeperoleh pengetahuan, memiliki ketrampilan dan menanamkan nilai-nilai/sikap pada peserta didik. Ketiga aspek dasar ini merupakan dasar penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Merubah Pola Pikir

Dalam penerapan suatu kurikulum, pengelola dan pelaksana pendidikan seharusnya memiliki pandangan kedepan yang kreatif dan inovatif. Sebab paradigma pendidikan juga turut berkembang, seperti sifat pengajaran berkembang menjadi pembelajaran; teacher centre berkembang ke student centre; guru bukan lagi penceramah tetapi guru fasilitator dan mediator; metode pembelajaran juga bervariasi.
Adanya perkembangan paradigma ini, guru harus pula dapat merubah pola pikir dan pola pendidikan lama ke arah yang baru. Sifat pengajaran yang berkembang ke pembelajaran memberikan pesan bahwa saat ini guru bukan satu-satunya sumber belajar karena masih banyak sumber belajar yang lain. Tinggal bagaimana guru dapat memotivasi siswa agar dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar tersebut.
Usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru seharusnya sudah merancang sejak awal dan menatanya dalam silabus sehingga proses pelaksanaan pembelajaran lebih terarah. Silabus tersebut idealnya telah mengarah pada berbagai ranah, utamanya ranah kognitif, afektif dan psikomotor melalui apa yang dilihat, diamati, didengar,dan dirasakan dalam aktivitas pembelajaran siswa.
Sebagian diantara 177 macam cara membelajarkan siswa disebutkan B. Diedrich adalah: a) Visual activities seperti membaca, memperhatikan, gambar demonstrasi, percobaan, dsb; b) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, menginterviu, diskusi, interupsi, dsb. c). Writing activities seperti menulis cerita, karangan, membuat laporan, tes, angket, menyalin/ merangkum. d) Drawing activities seperti menggambar, grafik, peta. Diagram, pola/ alur, dsb. e) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak, dsb. f). Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. g). Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gugup, berani, tenang, gembira.h). Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, berpuisi, dsb.
Berbagai cara membelajarkan siswa diatas, bagi guru perlu disertai dengan berbagai sikap yang menarik dan disenangi oleh para siswa. Di antara sikap-sikap tersebut antara lain: Mempunyai pribadi yang menyenangkan; Tidak suka mengomel, mengejek, mencela, menyindir; Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan; Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid; Menunjukkan perhatian pada murid dan memahami mereka (baik individu/ kelompok); Riang gembira, mempunyai perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya; Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas; Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dengan tegas dan jelas serta mendalam dan menggunakan contoh-contoh dalam pembelajaran; Betul-betul mengajarkan sesuatu yang berharga, bermakna bagi mereka; Berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan belajar.
Selain hal-hal tersebut diatas, sebagai ujung tombak pendidikan, guru perlu memahami tentang tentang hakikat keilmuan bahwa ilmu atau keilmuan adalah bukan kumpulan fakta atau konsep yang harus dihafal tetapi segala sesuatu perlu dilogika dan dirasakan keberadaanya. Selain itu ilmu atau keilmuan akan selalu berkembang setiap saat yang sejalan dengan pemikiran dan peradaban manusia.
Hal yang tekhir ini diakui atau tidak merupakan tantangan terberat yang harus diemban oleh setiap guru dan umumnya oleh para pemegang kebijakan pendidikan, sebab hal tersebut merupakan kunci dan tujuan utama pencapain pendidikan dan pembelajaran. Tanpa didasari hal di atas pendidikan dan pembelajaran akan menciptakan manusia-manusia yang semakin jauh dengan Tuhan.

QUANTUM TEACHING sebagai Intropeksi Guru terhadap Siswa

Istilah "Quantum" mengingatkan kita pada mata pelajaran Kimia di SMA dulu. Istilah ini memiliki kaitan erat dengan pergerakan unsur/zat/atom ke lintasan lain yang mengubah energi menjadi cahaya. Penggunaan istilah Quantum dalam pendidikan, khususnya dalam metode pembelajaran, bisa dianalogkan dengan bagus oleh Bobbi (2007:5) sebagai berikut.
Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di
dalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
Orkestrasi yang merupakan kolaborasi berbagai interaksi belajar yang terdiri dari konteks maupun kontens. Konteksnya meliputi (1) suasana pembelajaran, (2) landasan/kerangka kerja (3) lingkungan pembelajaran (4) perancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan kontensnya meliputi ( 1) presentasi/cara penyampaian materi (2) pemberdayaan fasilitas (3) ketrampilan hidup dan (4) praktek.
Kolaborasi dari berbagai interaksi ini melibatkan berbagai faktor, salah satunya adalah cara/gaya mengajar guru. Di kelas banyak siswa yang kelihatan kurang aktif terutama pada saat guru ceramah di depan ternyata memonitor gaya mengajar guru. Sehingga tidak heran bila ada siswa yang menjuluki “Bu Wayang (cara berbicaranya seperti wayang), Pak ogah (sering tertidur di kelas), dan sebagainya.
Siswa sebenarnya bisa menilai guru tetapi karena norma kesopananlah yang membuat siswa tidak berani/sungkan menegur secara langsung. Dalam hal ini, guru harus bisa berintrospeksi terhadap cara mengajarnya. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip Quantum Teaching yang meliputi sebagai berikut.
Segalanya Berbicara. Penampilan/Performan guru memiliki image tersendiri bagi siswa. Cara guru berpakaian, berbicara, menyapa, tersenyum, marah, dsb memberi kesan tersendiri bagi siswa. Atribut apapun yang melekat pada guru mempunyai makna bagi siswa walaupun guru tidak mengatakan bahwa dirinya guru ideal/teladan, siswa tetap bisa menilainya. Bila siswa sudah apriori terhadap performan guru, maka akan berpengaruh juga pada proses belajar mengajarnya.
Segalanya Bertujuan. Dalam mengajar guru harus jelas arah pembelajarannya, sesuai dengan RPP, silabus, dan kurikulum, sehingga tidak akan ada/tidak banyak siswa yang remidi/tidak lulus. Demikian juga dengan tujuan sekolah akan terwujud visi, misinya jika guru dapat memanifestasikan dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga arah dan tujuan sekolah 10 tahun, 25 tahun, ... akan tercapai.
Alami baru Namai. Pada prinsip yang ketiga ini sangat berperanan besar pada saat proses pembelajaran terutama kemampuan guru menstrategi informasi kepada siswa. Strategi yang tepat untuk diberikan pada siswa salah satunya adalah CTL (Contextual Teaching and Learning). Guru dalam menyampaikan informasi dengan cara mengajak siswa untuk mengalami konsep yang akan dipelajari, baru siswa digiring pada definisi/konsepnya. Sswa secara tidak sadar dapat mengaktualisasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko bagi siswa, karena siswa ditutnut untuk dapat memahami dan mengerjakan ilmu. Jika siswa merasa berhasil mengerjakan sesuatu maka siswa akan lebih senang dan bangga jika guru memberikan pujian/penghargaan/hadiah. Penghargaan tersebut merupakan bentuk pengakuan guru terhadap siswa bahwa siswa tersebut sukses. Jika hal ini dilakukan oleh guru maka siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba meraih penghargaan tersebut.
Jika Layak Pelajari Layak pula Dirayakan. Perayaan akan kemajuan belajar siswa akan menumbuhkan emosi yang positif bagi siswa, karena segala sesuatu yang telah dipelajari siswa membutuhkan tenaga fisik maupun psikis sehingga siswa membutuhkan penyegaran otaknya. Penyegaran tersebut diberikan apsa saat pembelajaran akan berakhir, dan dapat berupa nyanyian, tebak-tebakan, kuis, pantun, cerita, dan sebagainya.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan guru akan bertambah wawasannya sehingga proses belajar mengajarnya menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. (*)

*) Sumber : Koran Pendidikan

Pidato Pelantikan Presiden AS ke-44; Barrack Hussein Obama

Tetap Setia pada Cita-cita Leluhur dan Menghargai Keberagaman

Barack Hussein Obama resmi mengambil alih pemerintahan Amerika Serikat (AS) dari George Walker Bush setelah pelantikan pada Selasa 20 Januari 2009 di Capitol Hill, Washington DC. Berikut teks pidato lengkapnya.

REKAN-REKAN sebangsa dan setanah air. Saya berdiri di sini hari ini terenyak oleh tugas di depan kita, berterima kasih atas kepercayaan yang Anda berikan, dan teringat akan pengorbanan oleh leluhur kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush atas jasanya pada bangsa kita, dan juga atas kemurahan hati dan kerjasama yang ditunjukkannya pada masa transisi ini.
Sudah 44 warga Amerika yang diambil sumpahnya sebagai presiden. Kata-kata dalam sumpah jabatan itu telah diucapkan di masa kemakmuran dan di masa damai. Namun, ada kalanya sumpah jabatan kepresidenan itu diambil di tengah-tengah situasi gawat dan badai yang berkecamuk.
Pada saat-saat demikian, Amerika terus melaksanakan tugasnya bukan hanya karena ketrampilan atau visi mereka yang memegang jabatan tinggi, tetapi karena kita rakyat Amerika tetap setia pada cita-cita leluhur kita dan setia pada dokumen-dokumen yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita. Demikianlah adanya, dan memang selalu demikianlah yang harus dilakukan oleh generasi orang Amerika yang sekarang ini.
Memang sudah dipahami bahwa kita sedang berada di tengah krisis. Bangsa kita kini sedang terlibat perang, melawan jaringan kekerasan dan kebencian yang jauh jangkauannya. Ekonomi kita sangat lemah, akibat ketamakan dan tindakan tidak bertanggung jawab oleh sebagian pihak, tetapi juga karena kegagalan kita secara kolektif untuk membuat pilihan-pilihan sulit, dan kegagalan kita mempersiapkan bangsa bagi abad baru. Banyak rumah yang disita, lapangan kerja menurun drastis, bisnis gulung tikar. Asuransi kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang gagal, dan setiap hari terlihat bukti bahwa cara-cara kita menggunakan energi justru memperkuat musuh-musuh kita dan mengancam planet kita.
Semua itu merupakan indikator krisis, yang didasarkan pada data dan statistik. Yang kurang bisa diukur tetapi tidak kurang pentingnya adalah melemahnya keyakinan di seluruh pelosok Amerika - kekhawatiran terus-menerus bahwa kemerosotan Amerika tak terelakkan lagi, dan bahwa generasi berikutnya harus mengurangi harapannya.

Kerja keras
Hari ini saya katakan kepada kalian bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Tantangan ini serius dan banyak. Tidak akan mudah diatasi dan tidak bisa diatasi dalam jangka pendek. Tetapi ketahuilah ini, Amerika, semua tantangan ini akan kita hadapi. Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan daripada ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan pertentangan.
Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan berakhirnya keluhan-keluhan kecil dan janji-janji palsu, saling-tuduh dan berbagai dogma lusuh yang sudah terlalu lama mencekik politik kita.
Negara kita masih muda, dengan meminjam kata-kata dalam Kitab Suci, saatnya sudah tiba kita menepiskan sifat ke kanak-kanakan. Saatnya sudah tiba untuk menandaskan lagi semangat kita yang tegar, memilih jalan sejarah yang lebih baik, melanjutkan pemberian berharga, gagasan mulia yang diteruskan dari generasi ke generasi: yaitu janji yang diberikan Tuhan bahwa semua kita setara, kita semua bebas, dan semua layak memperoleh kesempatan untuk mengejar kebahagiaan sepenuhnya.

Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran tak pernah diberikan begitu saja. Mencapai kebesaran harus dengan kerja-keras. Perjalanan yang kita tempuh tak pernah mengambil jalan pintas. Perjalanan kita bukan bagi mereka yang tidak-tabah, bukan bagi mereka yang suka bermalas-malas daripada bekerja, atau bagi yang hanya mengejar kekayaan dan menjadi terkenal.

Perjalanan kita adalah bagi mereka yang berani mengambil risiko, mereka yang melakukan hal-hal baru dan membuat 365215-01-02barang-barang baru. Sebagian mereka menjadi terkenal, tetapi acapkali laki-laki dan perempuan tak dikenal dalam pekerjaan mereka, yang telah mengusung kita di atas jalan berbatu-batu menuju kemakmuran dan kebebasan.
Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak seberapa dan menyeberangi samudera untuk mencari kehidupan baru. Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan menetap di Pantai Barat, menahankan pukulan cambuk dan mencangkul tanah yang keras. Demi kita, mereka bertempur dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg, Normandy dan Khe San.
Lelaki dan perempuan ini terus-menerus berjuang dan berkorban dan bekerja hingga kulit tangan mereka mengelupas, agar kita bisa mengecap kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika lebih besar dari jumlah ambisi kita secara perorangan, lebih besar daripada perbedaan status keluarga, atau kekayaan ataupun partai atau kelompok. Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini.

Tentu, ada orang yang meragukan skala ambisi kita - dengan mengatakan sistem ekonomi kita tidak bisa mentolerir terlalu banyak rencana besar. Daya ingat mereka tidak cukup lama. Mereka telah melupakan apa yang dilakukan negara ini, apa yang bisa dicapai oleh laki-laki dan perempuan yang hidup bebas, apabila imajinasi digabung demi tujuan bersama, dan kebutuhan digabung dengan ketabahan.Yang tidak dipahami oleh mereka yang sinis adalah tanah tempat mereka berpijak telah bergeser, bahwa argumen basi dalam politik yang telah begitu lama menyita waktu kita - tidak lagi berlaku.

Hargai keberagaman
Kita masih merupakan negara paling makmur dan paling berpengaruh di Bumi. Para pekerja kita tidak kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu ketika krisis ini dimulai. Otak kita masih seinventif seperti pada awal krisis ini, barang dan jasa kita masih diperlukan seperti pada minggu lalu atau bulan lalu, atau tahun lalu. Kapasitas kita tetap tak berkurang. Tetapi masa kita untuk berdiam diri, melindungi kepentingan sempit dan menunda keputusan-keputusan yang tak menyenangkan, sudah harus berlalu.
Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri, membersihkan debu yang menempel, dan mulai lagi bekerja memperbaharui Amerika. Karena kemana saja kita melihat, ada yang harus kita lakukan. Keadaan ekonomi mengharuskan tindakan yang berani dan segera, dan kita akan bertindak bukan hanya untuk menciptakan lapangan kerja baru, tetapi untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan. Kita akan membangun jalan dan jembatan, jaringan listrik dan jaringan digital yang menyuburkan perdagangan dan mengikat kita bersama. Kita akan memulihkan sains ke tempat yang selayaknya, dan menggunakan kehebatan teknologi untuk meningkatkan mutu perawatan kesehatan dan menurunkan biayanya. Kita akan memanfaatkan tenaga matahari, tenaga angin dan lainnya untuk menjalankan mobil-mobil dan pabrik-pabrik kita. Dan kita akan mengubah sekolah dan perguruan tinggi dan universitas untuk memenuhi tuntutan era baru. Semua ini bisa kita lakukan. Dan semua ini akan kita lakukan.

Pertanyaan yang kita ajukan sekarang bukan apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil, tetapi apakah pemerintah kita bisa berfungsi, apakah pemerintah bisa menolong para keluarga mencari pekerjaan dengan upah yang layak, asuransi kesehatan yang terjangkau, dan pensiun yang berarti.

Apabila jawabannya - ya, kita berniat untuk terus bergerak maju. Apabila jawabannya tidak, programnya akan dihentikan. Dan mereka yang mengatur uang rakyat akan dimintai pertanggung-jawabannya - supaya mengeluarkan uang secara bijaksana, mengubah kebiasaan buruk, dan melakukan bisnis kita dengan jujur - karena hanya dengan demikian kita bisa memulihkan kepercayaan penting antara rakyat dan pemerintah.
Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu baik atau buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan memperluas kebebasan kita. Tetapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan yang ketat, kekuatan pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol, dan suatu bangsa tidak bisa makmur untuk waktu lama apabila hanya mementingkan orang kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya tergantung pada besarnya Produk Domestik Bruto, tapi seberapa jauh meluasnya kemakmuran itu, pada kemampuan kita memberikan kesempatan kepada tiap orang yang mau bekerja, dan bukan karena belas kasihan karena itulah jalan yang paling pasti guna mencapai kemakmuran bersama.

Kami sadar bahwa warisan bangsa yang beraneka warna adalah suatu kekuatan, dan bukannya sebuah kelemahan. Bangsa kita terdiri dari orang Kristen dan Islam, Yahudi dan Hindu, dan bahkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan. Kita telah dibentuk oleh campuran berbagai bahasa dan kebudayaan, yang berasal dari segala pelosok dunia. Dan karena kita telah merasakan pahitnya perang saudara dan segregasi rasial, dan keluar dari masa kegelapan menjadi sebuah bangsa yang lebih kuat dan lebih bersatu, kita yakin bahwa pada suatu hari nanti semua rasa kebencian akan hilang, bahwa semua garis-garis pembatas antar suku bangsa akan luluh, dan bahwa dunia ini akan menjadi semakin kecil. Kerendahan hati kita akan tampak dengan sendirinya, dan Amerika harus memainkan perannya dalam menyongsong era perdamaian yang baru.

Dunia Islam

Bagi dunia Muslim, kami akan mencari cara baru ke depan berdasarkan pada kepentingan bersama dan saling menghormati.

Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para Pendiri Negara ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi hukum dan hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh perjuangan generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih menerangi dunia, dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian yang cepat. Karena itu, bagi semua orang dan pemerintahan yang menyaksikan pelantikan hari ini, mulai dari kota-kota yang termegah sampai ke desa kecil di mana ayah saya dilahirkan, ketahuilah bahwa Amerika adalah sahabat setia negara dan sahabat setiap lelaki, setiap perempuan, dan setiap anak yang menghendaki masa depan yang damai dan bermartabat, dan bahwa kita siap untuk memimpin lagi.
Ingatlah bahwa generasi-generasi sebelumnya menundukkan fasisme dan komunisme bukan hanya dengan misil dan tank, tetapi dengan aliansi yang kokoh dan keyakinan besar. Mereka memahami bahwa kekuatan saja tidak bisa melindungi kita, dan bahwa kekuatan itu tidak memberi kita hak berbuat sekehendak hati kita. Sebaliknya mereka tahu bahwa kekuatan kita tumbuh melalui penggunaan yang bijaksana, keamanan kita berasal dari adilnya tujuan kita, kekuatan contoh yang kita berikan, dan kerendahan hati serta kesanggupan menahan diri.
Kita adalah penjaga warisan ini. Dibimbing oleh prinsip-prinsip ini, sekali lagi kita bisa menghadapi ancaman-ancaman baru itu yang menuntut upaya lebih besar, bahkan kerja-sama dan pemahaman lebih besar antar-negara. Kita akan mulai secara bertanggung jawab meninggalkan Irak kepada bangsa Irak, dan menempa perdamaian di Afghanistan. Bersama teman-teman lama dan bekas saingan kita, Amerika akan bekerja tanpa lelah untuk mengurangi ancaman nuklir, dan mengurangi bahaya pemanasan bumi. Kita tidak akan minta maaf atas cara kehidupan Amerika, tidak akan goyah dalam mempertahankannya, dan bagi mereka yang hendak mendorong tujuan mereka dengan teror dan membantai orang-orang tak bersalah, kami katakan kepada mereka, semangat kita lebih kuat dan tidak terpatahkan, kalian tidak akan unggul dari kami, dan kalian akan kami kalahkan.

Bagi para pemimpin dunia yang berusaha menanam bibit konflik, atau menyalahkan dunia Barat atas kesulitan-kesulitan yang dialami masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat Anda akan menilai Anda pada apa yang Anda bangun, bukan pada apa yang Anda musnahkan.

Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak setuju pada kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian berada pada sisi yang keliru, tapi kami akan mengulurkan tangan jika kalian tidak lagi mengepalkan tinju.

Bagi rakyat negara-negara miskin, kami berjanji akan bekerja bersama kalian untuk membuat ladang kalian subur dan membuat air bersih mengalir, untuk memberi makan tubuh yang kelaparan, dan memenuhi kebutuhan mental. Dan kepada negara-negara seperti negara kita yang relatif menikmati kemakmuran, kita tidak bisa lagi bersikap tidak peduli pada kesengsaraan di luar perbatasan kita, dan kita tidak bisa menghabiskan sumber-sumber dunia tanpa mempedulikan dampaknya. Karena dunia sudah berubah dan kita harus berubah dengannya.
Sambil kita mempertimbangkan jalan yang terbentang di depan kita, kita mengingat dengan rasa terima kasih orang-orang Amerika yang gagah berani, yang pada saat ini, berpatroli di gurun dan gunung yang sangat jauh. Ada sesuatu yang hendak mereka katakan pada kita hari ini, seperti yang dibisikkan sepanjang masa oleh para pahlawan kita yang kini dimakamkan di Arlington. Kita menghormati mereka bukan hanya karena mereka menjaga kebebasan kita tetapi karena mereka menunjukkan arti pengorbanan, kesediaan untuk mencari arti yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dan pada saat ini, saat yang akan tercatat dalam sejarah generasi - semangat inilah yang harus ada pada kita semua.
Sebanyak apapun yang bisa dan harus dilakukan pemerintah, pada akhirnya kepercayaan dan tekad rakyat Amerika-lah yang diandalkan negara ini. Misalnya kebaikan hati untuk menampung orang yang kena musibah walaupun tidak kita kenal, atau pekerja yang tanpa pamrih rela mengurangi jam kerja mereka daripada melihat seorang teman di-PHK, yang membuat kita keluar dari kegelapan. Adalah keberanian para pemadam kebakaran untuk menerobos masuk ke rumah yang penuh asap, dan juga kesediaan orang tua untuk membesarkan anak, yang kelak akan menentukan nasib kita.

Kebebasan

Tantangan kita mungkin baru. Alat-alat yang kita gunakan untuk mengatasinya mungkin baru. Tetapi pada nilai-nilai itulah keberhasilan kita bergantung - yaitu kerja keras dan kejujuran, ketabahan dan berlaku secara adil, toleransi dan rasa ingin tahu, kesetiaan dan patriotisme - semua itu sudah lama ada. Semua itu memang benar. Semua itu telah menjadi kekuatan kemajuan sepanjang sejarah. Jadi yang dituntut sekarang adalah kembalinya kepada nilai-nilai ini. Apa yang diperlukan dari kita sekarang ini adalah era pertanggungjawaban yang baru - suatu pengakuan, dari tiap orang Amerika, bahwa kita mempunyai kewajiban bagi diri kita sendiri, bagi negara kita dan bagi dunia, kewajiban yang kita lakukan dengan senang hati, bukan dengan bersungut-sungut, karena kita tahu tidak ada yang lebih memuaskan bagi jiwa kita, yang merupakan definisi karakter kita, daripada memberikan segalanya untuk menyelesaikan tugas yang sulit.
Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan. Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita - pengetahuan bahwa Tuhan meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti.

Inilah arti kebebasan dan kepercayaan kita- mengapa laki-laki dan perempuan dan anak-anak dari tiap ras dan tiap keyakinan bisa ikut dalam perayaan di lapangan yang indah ini, dan mengapa seorang lelaki yang ayahnya lebih 60 tahun lalu mungkin tidak dilayani di restoran, sekarang bisa berdiri di depan anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.

Jadi marilah kita hari ini mengenang siapa kita dan sejauh mana jalan yang kita tempuh. Pada tahun kelahiran Amerika, pada bulan yang terdingin, sekelompok patriot berkumpul di depan api unggun yang mulai padam di bantaran sungai yang beku. Ibukota telah ditinggalkan, musuh terus maju, salju tampak berlumuran darah. Pada saat itu, ketika nasib revolusi kita sangat diragukan, bapak bangsa kita memerintahkan supaya kalimat berikut dibacakan kepada semua rakyat Amerika:
“Beritahukanlah pada dunia masa depan, bahwa di tengah musim dingin, saat apapun tiada kecuali harapan dan kebajikan - bahwa kota dan negara, waspada akan bahaya bersama, akhirnya bersatu untuk menghadapinya.”
Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit kita ini, mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan kebajikan, mari kita hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini, dan bertahan dari badai apapun yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita berkata bahwa kita telah diuji dan kita menolak untuk mengakhiri perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata kita terpaku ke ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan anugerah kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi masa depan.(*)

KEBIASAAN BURUK GURU YANG MENGHAMBAT EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

Kepribadian memegang peran sangat penting bagi seorang guru. Sebab para siswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan guru, mereka juga belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Begitu pula pada saat guru melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Apabila kepribadian guru baik dan dapat diteladani, siswa akan memetik pelajaran dari kepribadian gurunya. Pembelajaran yang demikian diharapkan akan efektif.
Meskipun hal ini disadari oleh setiapguru, namun dalam praktiknya masih saja kita menemukan guru yang menampilkan kepribadian dan kebiasaan buruk yang tidak menciptakan pembelajaran yang efektif.
Sering Meninggalkan Kelas
Di dalam kelas guru melakukan tugasnya sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih. Demikian pula siswa melakukan aktivitas belajar di dalam kelas. Akan tetap, pada kenyataannya kita masih menemukan beberapa guru yang sering meninggalkan kelas dengan berbagai macam alasan, ada yang sakit, ada keperluan, ditugasi kepala sekolah, dan lain-lain. Bahkan kita menemukan kelas dalam keadaan kosong, padahal gurunya ada di ruang guru melakukan aktivias lain, seperti membaca Koran, mengobrol, dan main catur.
Guru yang sering meninggalkan kelas akan kesulitan dalam menciptakan efektifitas proses pembelajaran. Akibatnya prestasi siswa yang sering ditinggalkan guru akan menurun, karena mereka sering tidak belajar. Mereka dating ke sekolah, tetapi di dalam kelas tidak terjadi proses pembelajaran.
Kurang Memperhatikan Siswa
Memperhatikan siswa merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran efektif. Sejak kita melakukan perencanaan sampai pelaksanaan pembelajaran, guru dituntut untuk memperhatikan siswa. Oleh sebab itu guru disyaratkan menguasai ilmu psikologi perkembangan.
Masih sering ditemukan guru yang melaksanakan pembelajaran tanpa memedulikan siswanya. Mereka mengajar dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas sementara para siswa mengobrol dengan temannya atau sibuk dengan dirinya sendiri melakukan aktivitas lain. Guru tidak peduli dengan suasana kelas.
Menyuruh Siswa Menulis di Papan Tulis
Kebiasaan menyuruh siswa mencatat di papan tulis akan menciptakan suasana pembelajaran yang tidak efektif. Banyak waktu terbuang. Gurunya menjadi malas dan siswa yang disuruh menanggung beban ganda yakni mencatat untuk teman-temannya dan mencatat untuk dirinya sendiri.
Banyak alasan yang sering diungkapkan guru untuk membenarkan tindakannya. Ada yang mengatakan untuk melatih siswa menulis di papan tulis, membiasakan siswa berani tampil di depan kelas, … tapi apapun alasannya, apabila kita mau jujur, hal demikian sesungguhnya bersumber dari kemalasan seorang guru.
Pilih Kasih terhadap Siswa
Hal yang sering dikeluhkan siswa adalah perlakuan guru yang tidak adil atau pilih kasih. Sikap pilih kasih dalam perhatian dan penilaian merupakan contoh tindakan buruk. Hal ini menyebabkan perasaan kecewa bagi siswa yang diperlakukan tidak adil. Akibatnya, mereka pasif, kurang menghormati guru, dan tidak berkonsentrasi belajar.
Seorang guru hanya menaruh perhatian lebih kepada siswa yang pintar, baik, sopan,dan aktif daripada siswa lainnya.
Kurang Persiapan dalam Pembelajaran
Kerap dijumpai guru yang tidak melakukan perencanaan sebelum melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Akibatnya, tampil menjenuhkan di depan kelas karena tidak menguasai bahan pelajaran dan metodologi penyampaiannya. Guru yang kurang persiapan akan mengalami kesulitan dalam mengedalikan kelas.